Linimasa dipenuhi ungkapan duka, sedih, dan marah setelah bom meledak di pelataran Gereja Oikumene, Sengkotek, Samarinda Kalimantan Timur, Minggu (13/11) lalu.
Sebagian bahkan mempertanyakan mengapa penolakan atas 'aksi teror yang mengatasnamakan agama' itu tidak kencang disuarakan seperti dugaan penistaan agama baru-baru ini.
Empat balita mengalami luka bakar akibat ledakan bom molotov, satu di antaranya Intan Olivia Marbun berusia dua tahun, meninggal dunia Senin (14/11) akibat luka bakar yang diderita hampir di seluruh tubuhnya. "Sayangnya, dokter tidak bisa menyelamatkan korban... dia meninggal pagi ini," kata Fajar Setiawan kepada AFP.
Suasana duka menyelimuti media sosial hari ini, sebagian menggunakan tagar #RIPIntan untuk mengungkapkan kesedihan.
"Duka yang mendalam," kata satu pengguna Twitter. "Kamu enggak salah apa-apa nak, istirahatlah dengan tenang. Maafkan kami. Maafkan kami. Maaf," kata yang lain.
"Turut berduka cita untuk Intan Olivia, anak kecil lugu tanpa dosa yang jadi korban kebiadaban orang yang mengaku membela agama," kicau Abi Hasantoso.
Terduga pelaku, yang menggunakan kaos bertuliskan 'Jihad, way of life' ketika ditangkap, tercatat pernah melakukan aksi teror sebelumnya termasuk kasus bom buku di Jakarta pada 2011 lalu, kata polisi.
Presiden Joko Widodo dengan tegas mengatakan kasus bom Samarinda 'harus diusut secara tuntas' dan meminta kepolisian melakukan 'penegakan hukum yang tegas'. Dan, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Said Aqil Siradj menyatakan pihaknya 'mengutuk keras peristiwa kekerasan oleh dan atas nama apapun'.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam sejumlah laporan juga menyatakan mengutuk aksi teror yang 'bertentangan dengan nilai-nilai ajaran agama dan nilai-nilai Pancasila.


http://www.dewibola88.com/register-client.html
 http://www.dewibola88.com/register-client.html
 http://www.dewibola88.com/register-client.html
 http://www.dewibola88.com/register-client.html
 www.pusatsbobet.net/pendaftaran
 www.pusatsbobet.net